Fenomena Sosial: Seri Kemiskinan VS Anak-Anak

Kali ini sy ingin berbicara mengenai renungan fenomena sosial di Indonesia.

Saya selalu miris melihat banyak sekali kemiskinan yng tersebar di tanah air. Pengemis di jalanan, pemulung, pengamen, para petani miskin, kuli bangunan, pedangang asongan kecil, dsb. Bagiamana tidak, dalam fenomena-fenomena tersebut selalu anak-anak yang turut menjadi korban! Angka kemiskinan di Indonesia memang cenderung menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS (2008), jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang atau 49% dari total penduduk Indonesia. Memang menurun, tapi tetap saja bukan jumlah yang sedikit bukan?

Kemiskinan seperti dua sisi mata uang logam. Di satu sisi dapat menjadi ancaman serius, di sisi lain dapat menguntungkan karena dijadikan sebagai sanjata empuk bagi pemerintah sebagai alasan untuk meminta bantuan dari luar negeri termasuk world bank hingga hutang Indonesia menumpuk. Lalu apa yang terjadi? Indonesia akan semakin miskin. Pemerintah memberikan kebijakan untuk memberikan subsidi di berbagai bidang secara terus menerus dan dalam jumlah yang besar. Mulai dari subsisdi pupuk, bahan bakar, hingga subsidi langsung seperti BLT (Bnatuan Langsung Tunai). Ini yang disebut dengan salah persepsi, kebijakan pemerintah seperti inilah yang misstargeting. Pemerintah seharusnya memberikan kail untuk memancing, bukan langsung memberikan ikannya. Pemerintah lebih baik menyediakan berbagai sarana, lapangan pekerjaan dan fasilitas yang menunjang lainnya hingga penduduknya sendirilah yang maju dengan berkarya dan berusaha. Bukan sebaliknya. Berkaca dari hal tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa justru bangsa kita sendiri yang membuat kita menjadi malas. Sebetulnya bukan negara lain yang katanya merusak karakter Indonesia, tapi justru bangsa kita sendiri yang merusaknya. Lalu bagaimana Indonesia bisa maju?

Satu contoh tersebut jika dibiarkan akan membuat paradigma bangsa bergeser. Kaum muda penerus bangsalah yang pada akhirnya menjadi korban. Dilakukan survei terhadap beberapa anak dari Thailand, India dan Indonesia jika beri pertanyaan bantuan apa yang diinginkan mereka untuk membantu ayahnya. Berikut ini hasilnya:
1. Anak-anak Thailand menjawab,"berikan ayahku modal untuk berdagang."
2. Anak-anak India menjawab,"berikan ayahku perahu untuk berlayar."
3. Anak-anak Indonesia menjawab,"beriakn ayahku uang untuk kami bisa makan."
Terlihat disana bahwa paradigma "meminta dan disuapi" di Indonesia sudah menjamur bahkan hingga anak-anak. Lalu apa dasar paling mutlak mengapa hal ini bisa terjadi? Hal tersebut terjadi karena kurangnya kekuatan spiritual. Agaknya benar jika saya katakan bahwa mencintai Tuhan-Nya berarti mencintai lingkungannya dan mencintai lingkungannya berarti akan selalu menyadari bahwa Allah swt telah menciptakan berbagai sumberdaya alam di lingkungan kita yang berlimpah untuk bisa digali. Sumberdaya alam itulah yang dapat menjadi sumber kehidupan untuk orang-orang yang berfikir. Seperti firman-Nya dalam Al-Qur'an."Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengatahui?" (QS. Al-Zumar:9).

Anak-anak adalah karunia-Nya yang patut disyukuri. Sy miris ketika banyak sekali anak-anak di bawah umur yang justru disuruh orang tuanya bekerja menanggung kewajiban memberi nafkah bagi "perut" mereka. Lalu siapa yang patut disalahkan? Ayo introspeksi dan tidak perrlu saling menyalahkan. Anak-anak di bawah umur yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain serta belajar, tapi karena tuntutan hidup maka mereka harus bekerja kesas membantu orangtuanya. Bahkan banyak dari mereka yang putus sekolah dan malah bekerja. Anak-anak yang mengemis, mengamen, ojeg payung, pemulung, sol sepatu, dsb, tersebar diseantero tanah air terutama di perkotaan. Miskin-kaya seperti tebing yang curam di Indonesia. Orang yang miskin bisa menjadi benar-benar miskin hingga tidak bisa makan, dan orang kaya bisa menjadi benar-benar kaya hingga mereka dapat memuaskan nafsunya sesuka mereka. Kesenjangan sosial yang begitu curam. Lalu, fenomena lainnya yang menjadi sorotan dunia adalah bagaimana mungkin negara Indonesia yang penduduk muslimnya terbesar di dunia, malah menjadi negara terkorup urutan ketiga di dunia? Innalillahi..

Anak-anak adalah aset yang paling mudah diarahkan. Maka dari itu, jangan suapi mereka dengan contoh-contoh sikap yang tidak seharusnya mereka contoh. Beri meraka haknya untuk menikmati masa kecil mereka. Jangan rampas hak mereka. Ini PR kita sebagai para generasi penerus untuk menjadikan Indonesia lebih baik, untuk menjadikan anak-anak Indonesia memiliki paradigma yang memajukan bangsa dan bukan paradigma menjadi "parasit bangsa." Pendidikan karakter sejak dini adalah peran dari institusi pertama anak-anak, yaitu orang tua.

Seperti kata Bang Iwan Fals dalam lagunya yang mengispirasi berikut ini...

SORE TUGU PANCORAN

Si Budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Disimpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran
Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal


"Banyak kesalahan dan kekhilafan yang kita perbuat, namun kejahatan yang paling nista adalah kejahatan mengabaikan anak-anak..."

1 Response to "Fenomena Sosial: Seri Kemiskinan VS Anak-Anak"

calanrack said...

Harrah's Resort Atlantic City - Mapyro
Find out what's popular at Harrah's Resort Atlantic City in real-time and see activity.How do 논산 출장마사지 I 서산 출장샵 get around to 안산 출장마사지 Harrah's Resort Atlantic City?What days are 고양 출장안마 Harrah's Resort Atlantic 경상북도 출장샵 City open?

Post a Comment