Pupuk dan Pestisida Hayati Binahong (Anredera cordifolia)

Berikut ini ringkasan dari karya tulis yang pernah saya buat.

Jumlah penduduk Indonesia yang meningkat dari 179 juta jiwa pada tahun 1990 menjadi 219 juta jiwa pada tahun 2005 (Badan Pusat Statistik, 2008) menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan pangan, buah-buahan, dan sayuran. Kebutuhan pangan yang terus meningkat tidak sejalan dengan daya dukung lingkungan yang semakin hari semakin menurun. Kendala yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan akan produk pertanian adalah meningkatnya OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Selama ini upaya yang dilakukan untuk mengurangi serangan OPT adalah dengan menggunakan pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik secara terus-menerus dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang pada akhirnya membahayakan kesehatan manusia.Upaya peningkatan hasil produk-produk pertanian seiring dengan meningkatnya penggunaan pupuk dan pestisida organik. Penggunaan zat sintetik yang terus-menerus dan berlebih ini akhirnya tidak hanya menyerang hama saja, tetapi juga makhluk hidup besar maupun kecil dan mikroorganisme yang bermanfaat, bahkan manusia pun tidak akan luput dari keracunan akibat kandungan senyawa racun dari insektisida sintetik (Rismunandar, 1981). Hasil penelitian Watterson (1988) memperlihatkan bahwa secara umum telah banyak diteliti beberapa jenis penyakit pada manusia yang diakibatkan oleh pengaruh samping penggunaan senyawa insektisida, antara lain leukemia, myaloma ganda, lymphomas, sarcomas jaringan lunak, kanker, penyakit hati, tumor syaraf dan neoplasma indung telur.

Peningkatan penggunaan pupuk kimia menyebabkan akumulasi bahan kimia yang melebihi dosis yang diperlukan (Nurmalinda et al., 1995). Cassman et al., (1960) melaporkan bahwa hanya sekitar 30-50% pupuk N yang diserap tanaman, sedangkan penyerapan pupuk P dan K lebih rendah lagi yaitu 15-20%. Sisanya akan tertinggal di dalam tanah dan kemudian akan tercuci oleh air tanah. Ashadi dan Koestoni (1990) serta Hilman dan Asgar (1995) melaporkan bahwa penggunaan dosis pupuk yang terlalu tinggi tidak selamanya memberikan manfaat terhadap pertumbuhan dan hasil panen. Dampak yang lebih nyata adalah terjadinya polusi tanah pertanian yang dapat menyebabkan penurunan kualitas lahan dan peranan mikroba berguna dalam tanah. Akibatnya antara lain terjadi akumulasi garam-garam dan logam berat seperti Cu, Al, dan Cd dalam tanah (Cassman et al., 1996), dan meningkatkan kemasaman tanah (Suwandi dan Hilman, 1992).

Fakta lain dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C organik dalam tanah, yaitu <2%, bahkan pada banyak lahan sawah intensif di Jawa kandungannya <1%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-organik >2,5%. Bahan kimia sintetik yang digunakan dalam pertanian, pupuk misalnya, telah merusak struktur kimia dan biologi tanah (Setyorini, 2006). Contoh perubahan nyata akibat banyaknya bahan sintetik pada tahun 1980 menyebabkan kandungan P yang rendah terdapat di 3 % tanah saja, sedangkan pada tahun 1995 setelah revolusi hijau kandungan P rendah ditemukan di 73% tanah, dan luas tanah dengan kandungan N rendah meningkat dari 89% menjadi 91%. Tanah dengan kandungan K tinggi telah menurun dari 91% pada tahun 1980 menjadi 61% pada tahun 1995. Beberapa isu lingkungan kritis termasuk erosi tanah dan pemadatan tanah akibat alat berat juga muncul (Singh, 2000).


Gerakan pertanian organik dimulai pada tahun 1930 sebagai reaksi terhadap pertanian yang semakin bergantung terhadap input sintetik. Sistem pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi pertanian dan lingkungan (Winangun, 2005). Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia, biologi tanah serta lingkungan (Setyorini, 2006).


Binahong sebagai Alternatif Solusi

Beberapa tahun terakhir ini solusi untuk mengatasi masalah di atas adalah kembali ke pertanian organik. Tumbuhnya kesadaran global akan kelestarian lingkungan menyebabkan tergesernya sistem revolusi hijau oleh sistem pertanian organik. Penggunaan pupuk dan pestisida hayati sebagai pengganti bahan-bahan sintetik merupakan salah satu alternatif usaha tani dalam rangka menunjang sistem pertanian organik. Pertanian organik merupakan salah satu bahan amelioran tanah. Sebagai amelioran, sistem pertanian organik dapat meningkatkan kapasitas lapang. Juanda et al., (2003) melaporkan tanah yang mengandung 1.76 % bahan organik memiliki kapasitas lapang sebesar 24.46 % sedangkan pada tanah yang mengandung 2.87% bahan organik memiliki kapasitas lapang yang meningkat menjadi 36.95%. Filosofi yang mendasari pertanian organik adalah mengembangkan prinsip-prinsip memberi makanan pada tanah, yang selanjutnya tanah akan menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feeding the plants), bukan memberi makanan langsung pada tanaman (Sutardi, 2005).

Para ilmuwan dan aktivis lingkungan melakukan penelitian untuk mengembangkan pestisida dan pupuk yang bersifat organik untuk mengatasi berbagai masalah masukan bahan sintetik berlebih yang telah diuraikan di atas terutama dari limbah industri karena jumlahnya melimpah dan kurang dimanfaatkan. Pupuk dan pestisida hayati memiliki kelebihan dalam menyediakan zat kimia, fisika maupun biologi pada ekosistem tanah. Pengolahan zat organik dari limbah industri dapat berperan dalam isu pertanian ramah lingkungan dan pencemaran (Setyorini, 2006), sedangkan Nelson dan Craft (2000) menyebutkan bahwa penggunaan pupuk organik dari limbah industri menyebabkan pencemaran akibat zat kimia serta logam berat lainnya. Penggunaan pupuk kompos dari kotoran hewan dengan sistem irigasi yang kurang terarah juga dapat mencemari tanah dengan pemekatan nitrit yang dapat meracuni jaringan tumbuhan.

Keanekaragaman hayati Indonesia yang meliputi flora dan fauna menempati urutan ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire (Hernani dan Djauriyah, 2004). Indonesia sebagai negara tropika basah memiliki sumber bahan organik yang sangat melimpah tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Hutan tropika basah Indonesia memiliki 20.000 spesies tumbuhan, dan 9.600 diantaranya sudah diketahui khasiatnya sedangkan sejumlah besar yang lainnya belum diketahui (Khairunisa, 2009).

Binahong merupakan tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai solusi masalah diatas. Tanaman binahong yang termasuk ke dalam famili Basellaceae merupakan salah satu tanaman liar yang belum banyak mendapat perhatian. Binahong mempunyai potensi besar untuk diteliti karena selain sebagai tanaman obat, masih banyak manfaat lain yang dapat digali. Taksonomi tanaman binahong menurut USDA termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledonae, ordo Caryophyllales, famili Basellaceae, genus Anredera dan spesiesnya Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

Manoi (2009) menyatakan tanaman ini sebenarnya berasal dari Cina (daratan Tiongkok) dengan nama asli dheng shan chi dan menyebar ke Asia Tenggara. Namun menurut Tyler (1995) binahong berasal dari Amerika Selatan dengan nama madiera vine yang menyebar ke bagian barat di sebelah selatan pulau Galapagos, Argentina, dan Florida (Menninger, 1970). Binahong dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sudrajat (2009) menyatakan bahwa binahong masuk ke Indonesia belum dipastikan tepatnya kapan, hanya saja pada tahun 2000 binahong terdapat di Lembang. Binahong ditanam biasanya ditanam sebagai pagar pembatas pada areal kebun sayuran yang bersandar pada pagar bambu, itupun hanya beberapa orang saja yang mencoba menanamnya. Di Indonesia, binahong dikenal sebagai gondola yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar di atas jalan taman, sedangkan di Vietnam tanaman ini merupakan salah satu makanan wajib masyarakat disana. Binahong sangat terkenal di Eropa maupun Amerika namun para ahli disana belum banyak tertarik untuk meneliti serius dan mendalam, padahal berbagai khasiat dan kandungan bahan aktif telah banyak diakui (Manoi, 2009).

Potensi binahong sebagai pestisida sangat besar. Petani di Sumedang yang menyemprotkan hasil fermentasi binahong pada telur keong mas di sawahnya, menemukan bahwa telur tersebut berjatuhan dari batang padi setelah dua hari. Hal tersebut tidak terjadi ketika diguakan penyemprotan dengan pestisida sintetik. Fenomena itu diprediksikan oleh kandungan senyawa flavonoid yang memberikan rasa pahit sehingga tidak disukai keong mas. Pencampuran binahong dengan brotowali akan lebih baik karena brotowali sudah diketahui bersifat insektisida. Binahong juga dapat berperan melindungi tanaman dari penyakit. Hal ini karena binahong meningkatkan antibodi tanaman dan juga sebagai antiokisidan penangkap radikal bebas sehingga tanaman lebih tahan hama dan penyakit.

Seorang petani menyampaikan bahwa padinya yang menggunakan pupuk dengan campuran nutrisi dan daun binahong menjadikan padinya lebih kuat dan tahan hama penggerek batang, daun, dan akar. Menjelang panen batang tanaman padi masih tampak hijau, tidak mengering dan berwarna kuning seperti biasanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas fotosintesis masih berjalan baik sehingga bulir padi menjadi lebih padat dan berisi. Sedangkan padi yang menggunakan pupuk sintetik tanpa binahong menunjukkan pertumbuhan yang terhambat, tanaman mengering, dan daunnya menjadi kemerahan. Gejala daun menjadi kemerahan tersebut merupakan dampak angin barat yang ditakuti para petani. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa binahong dapat menanggulangi dampak negatif angin barat. Fakta lainnya juga terjadi pada tanaman hias, penyemprotan hasil fermentasi binahong saja tanpa brotowali dapat membasmi kutu-kutu yang menempel pada anthurium tanpa mengakibatkan efek negatif apapun bahkan setelah penyemprotan itu tanaman semakin subur dan lebih tahan terhadap serangan OPT.

Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan, menyatakan bahwa dalam kultur in vitro binahong terkandung senyawa aktif saponin, alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Senyawa-senyawa ini dapat berkembang sesuai dengan fungsinya masing-masing dan terindikasi dapat digunakan sebagai pupuk dan pestisida hayati. Berikut penjelasan mengenai kandungan senyawa aktif dalam binahong yang berpotensi sebagai pupuk dan pestisida (Nurul dan Annisa, 2007).

1. Saponin
Saponin mempunyai kegunaan sebagai racun dan antimikroba (jamur, bakteri, virus), bersifat antioksidan dan antikarsinogenik. Adanya kandungan saponin ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dalam air aglikonnya. Saponin ini memiliki berat molekul yang besar, larut dalam air, alkohol dan etanol. Salah satu senyawa saponin yang terkandung dalam binahong adalah ancordin. Ancordin merupakan sejenis protein yang memiliki berat molekul tinggi. Ancordin ini berfungsi sebagai antibodi stimulan pencegahan penyakit sehingga meningkatkan daya tahan tanaman. Senyawa ancordin ini dapat memacu terbentuknya nitrit oksida. Austin (1984) menyebutkan bahwa peran nitrit oksida pada tanaman dapat digunakan sebagai bahan penambah katalis dalam pembuatan herbisida. Saponin ini berkaitan erat dengan reaksi penyabunan, sehingga diprediksikan binahong dapat melisiskan dinding sel serangga yang sulit dibasmi karena mempunyai zat lilin, contohnya kutu putih.

2. Alkaloid
Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bahan dari sistem heterosiklik. Alkaloid bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai gabungan dari sistem siklik. Peran alkaloid bagi tumbuhan antara lain: zat racun yang melindungi tumbuhan dari gangguan serangga, produk akhir reaksi detoksifikasi hasil metabolisme, faktor pengatur tumbuhan, serta menyediakan unsur nitrogen yang diperlukan bagi tumbuhan. Kebanyakan ditemukan dalam bentuk amin (- NR2) dan amida (-CO-NR2), dan tidak pernah dalam bentuk nitro (NO2).

3. Flavonoid
Flavonoid dapat berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Sejumlah flavonoid mempunyai rasa pahit sehingga bersifat menolak sejenis ulat tertentu.
Polifenol salah satu golongan senyawa flavonoid, merupakan bahan polimer penting dalam tumbuhan dan cenderung mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida. Kandungan senyawa fenolik banyak diketahui sebagai terminator radikal bebas dan pada umumnya kandungan senyawa fenolik berkorelasi positif terhadap aktivitas antiradikal (Miliauskas et al., 2004). Polifenol berperan penting dalam stabilisasi oksidasi lipid dan berhubungan langsung dengan aksi antioksidan penangkap radikal bebas.

4. Terpenoid
Terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik yang membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel. Terpenoid merupakan minyak atsiri dan dapat digunakan sebagai pelindung tumbuhan dari hama di sekitarnya (Lenny, 2006). Salah satu macam senyawa fenolik yang terkandung dalam binahong adalah asam oleanolik yang termasuk golongan terpenoid (Hammond, 2006). Asam ini mempunyai khasiat inflamasi, yang merupakan antioksidan bagi tanaman (Liu, 1995). Peneliti lain juga menemukan adanya triterpenoid dalam binahong. Triterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang berfungsi sebagai pelindung hama bagi tumbuhan tersebut dan sekitarnya (Lenny, 2006).

Penelitian tentang daun binahong menjelaskan bahwa di dalam daun binahong terdapat aktivitas antioksidan, asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi (Sato et al,. 2002). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda atau menghambat oksidasi lipid atau molekul-molekul lainnya dengan menghambat inisiasi atau propagasi reaksi rantai oksidasi (Javanmardi et al., 2003). Ada lima jenis antioksidan berdasarkan fungsinya dan senyawa yang terkandung dalam binahong digolongkan menjadi :
a. Primary antioksidant, terutama senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga membentuk senyawa yang stabil.
b. Oxygen Scavanger yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh senyawa dalam kelompok ini adalah asam askorbat, asam eritorbat dan sulfit.

Berdasarkan uraian berbagai senyawa aktif yang terkandung di dalam binahong tersebut, potensi binahong sebagai pupuk dan pestisida organik sangat besar. Binahong dapat dijadikan sebagai alternatif solusi terhadap berbagai isu pencemaran lingkungan akibat input sintetik yang berlebihan. Tanaman ini pun merupakan plasma nutfah alami sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, bahkan dianjurkan karena binahong telah diketahui sebagai ‘daun ajaib’ karena telah diketahui dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk dan pestisida binahong, dapat hubungi saya langsung. Perlu saya beritahukan, pestisida binahong telah diujicobakan langsung ke hama keong mas pada pertanaman padi di daerah Majalengka dan Desa Sasak panjang, kec. Tajur Halang, Kab. Bogor. Hasilnya positif. Alhamdulillah. Sengaja tidak saya publish disini, karena sudah masuk hak cipta. hehe.. ^_^

8 Response to "Pupuk dan Pestisida Hayati Binahong (Anredera cordifolia)"

Mohamad Kuntara said...

artikel yang sangat menarik...

saya sangan tertarik dengan cara pembuatan pupuk dan pestisida alami dari daun binahong ini..
jika bapak berkenan memberikan resep dan cara pembuatan pupuk dan pestisida dari daun binahong ini..bapak bisa mengirimkannya via email milik saya di akuntkasep@gmail.com

atas atensinya saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya..

Bambang said...

Saya juga tertarik untuk membuat pupuk binahong, mohon informasinya ke bmuhamadishak@gmail.com

Apakah pupuk dan pestisida dari daun binahong ini dapat diaplikasikan pada tanaman murbei (pakan ulat sutera) , apa dapat mematikan ulat suteranya?

Terima kasih sebelumnya :)

Unknown said...

saya tertarik cara pembuatan pupuk dan pestisida hayati dengan daun binahong mohon informasinya Admin, ke piararuchi@gmail.com terimakasih, saya tunggu informasinya

Unknown said...

bang mohon info pembuatannya dikirim ke yogamanalu@gmail.com

Unknown said...

pakai supertop udah tuh termasuk atasi telur hama suksestaniorganik.blogsopt.com

Unknown said...

Apakah binahong bisa di campurkan dalam pembuatan poc,..mengingat ada zat saponim sebagai anti mimroba nya,..

Bd.brata said...

Saya tertarik cara membuat pupuk dan pestisida hayati dengan daun binahong.
Bila bapak berkenan,mohon informasi Resepnya dan dosis aplikasinya pada tanaman.
Email saya: bismadewa.brata1376@gmail.com terimakasih banyak, saya tunggu informasinya

Balasan

baiquni said...

Saya juga tertarik membuat pupuk dan pestisida dari daun binahong. Kalau berkenan, tolong kirimkan cara pembuatannya ke email saya ahmad.baiquni@gmail.com. Terimakasih banyak sebelumnya.

Post a Comment